Ya, tongseng salah satu menunya! Lapak tongseng itu memang mangkal di samping-belakang halte, praktis area terbuka halte berubah menjadi ‘ruang makan publik’ - lengkap dengan hawa outdoor dan view lepas seutuhnya. Lebih happening!
Di area halte yang ini juga menjadi pangkalan ojeg dan lapak tambal ban di sisi kiri-kanannya. Dan nyatanya, penyalahgunaan fasilitas ini justru 'dimanfaatkan' lebih dari sekedar menunggu dan sama-sama 'menikmati'. Yang jual dapat tempat strategis, yang makan dapat suguhan makanan enak. Klop!
Soal rasa, tongseng kambing sini lebih istimewa daripada kedai tongseng di Pondok Bambu - yang pernah saya cicipi - yang diklaim sebagai ‘langganan’ istana dan Cendana itu.
Di area halte yang ini juga menjadi pangkalan ojeg dan lapak tambal ban di sisi kiri-kanannya. Dan nyatanya, penyalahgunaan fasilitas ini justru 'dimanfaatkan' lebih dari sekedar menunggu dan sama-sama 'menikmati'. Yang jual dapat tempat strategis, yang makan dapat suguhan makanan enak. Klop!
Soal rasa, tongseng kambing sini lebih istimewa daripada kedai tongseng di Pondok Bambu - yang pernah saya cicipi - yang diklaim sebagai ‘langganan’ istana dan Cendana itu.
Masih pakai Anglo arang batok |
Selain pemanas jadoel tadi, pikulan tongseng yang khas (ditempatkan di atas gerobak dorong untuk kepraktisan) masih dipakai. Bahkan kipas yang digunakan pun masih manual, dari anyaman bambu. Lengkap sudah nuansa original tongseng ini.
Bagi yang ingin makan tongseng ini akan dipersilakan duduk di bangku plastik single di area halte. Dan saat matang, semangkuk tongseng pun di antar ke ‘meja’ marmer di bawah tiang halte yang sejatinya sebagai tempat duduk orang menunggu angkutan. Selain tongseng, pembeli yang mayoritas para pekerja kantor di sekitarnya itu juga bisa menikmati gule kambing.
Kuahnya kental-sedep, dagingnya... mmmpuk |
Di sini bisa memilih, mau duduk dengan view belakang halte yang notabene ada gerobak dagangan lain seperti mie ayam, dan pagar rumah orang, atau menghadap jalan sambil memperhatkan kendaraan yang melintas. No best view. Only best taste!
Tongseng + nasi putih cuma Rp 12 ribu saja. Kenyangnya poll, puasnya full! Yang jelas soal rasa… beginilah tongseng seharusnya. Kekurangannya minor saja: tak ada acar timun dan tambahan empingnya. Tapi secara keseluruhan... top markotob!
Pilih sendiri viewnya.. :) |
Nah, kalau kebetulan jam makan siang beredar di kawasan ini, singahlah. Dan selamat menunggu di halte Taman Musi.. sampai pesanan tongseng di siang bolong datang!
(Irawan NS)
(Irawan NS)
Good food ends with a good talk.
Tongseng Halte Taman Musi: Jl. Musi (hook jl. Lematang), Jakarta pusat (hanya jam makan siang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar