Namanya "Martabak Telor Senayan" karena pak Haji Solihin - si pemilik usaha yang betawi tulen ini sejatinya memang putera asli Senayan, jauh sebelum kawasan itu jadi 'pusat peradaban' seperti sekarang.
Kedai ini buka sore mulai jam 5 sampai jam 10-an malam, tapi kadang tutup lebih cepat. Martabaknya tebal, isinya benar-benar "full" dengan kombinasi daging giling yang sudah dibumbu, telor bebek, irisan daun bawang, dan bawang bombay segar. Dagingnya pun benar-benar bagus - tak 'dioplos' dengan otot atau tetelan.
Itulah kesan pertama saya saat mencicipinya pertama kali di tahun 2000-an awal. Dan tak ada yang berubah sedikit pun sampai detik ini, kecuali satu: harganya :)
Tebalnya tak susut saat dibawa pulang. |
Pernah sekali waktu, saat kedai martabak ini tak jualan, saya coba beli martabak di gerobak lain di sekitar situ.
Dengan spec sama (pakai 3 telor bebek), ternyata hasilnya beda! Lebih tipis, cenderung mengempis, isinya pun tak semelimpah martabak langganan.
Di mana-mana, isi martabak telor boleh saja sama. Tapi yang satu ini sangat spesial.
Selain rasanya, yang selalu konsisten adalah ketebalan dan dimensinya yang 'disengaja' berukuran 20x20cm. Saat dipotong-potong, martabak dengan sempurna mengisi penuh box karton kemasan yang berukuran sama persis! Itu 'plus' yang pertama.
Selain rasanya, yang selalu konsisten adalah ketebalan dan dimensinya yang 'disengaja' berukuran 20x20cm. Saat dipotong-potong, martabak dengan sempurna mengisi penuh box karton kemasan yang berukuran sama persis! Itu 'plus' yang pertama.
1 loyang bisa jadi 16 potongan tebal |
'Plus' kedua, selain diberikan acar sebagai teman santap standar, kuah cuka hitam peka dan kental dengan rasa asam-manis-pedas mirip kuah pempek juga diberikan.
'Plus' ketiga, ini yang boleh dibilang 'langka'. Karena cuma di kedai ini orang beli martabak telor dapat 'bonus' asinan buah dengan kuah merahnya yang pedas manis-segar. Isinya terdiri dari bengkoang-nanas-mangga-wortel, masing-masing diiris dengan tepi bergelombang.
Demikian pula dengan tampilan acarnya. Isinya pun bukan sekedar timun-wortel dengan bawang merah-cabe ijo saja. Tapi juga ditambah dengan bengkoang.
Si penjual sepertinya bukan hanya fokus ke rasa , tapi juga estetika di mata - seperti filosofi bangsa Jepang yang meyakini, bahwa mata pun perlu 'makan'.
Sepertinya penjualnya sangat berorientasi pada kepuasan pelanggan dan memiliki passion yang tinggi untuk memberikan yang terbaik. Meskipun sebagai bonus, rasanya benar-benar serius! Pedasnya mantab, kuahnya kental dengan asam-manis yang pas. Untuk kuah cuka hitamnya, sangat mirip dengan kuah pempek palembang...Hmmm.
Potongannya selalu memenuhi dus. |
Khusus daging isi, martabak ini menggunakan daging yang digiling. Alasannya sederhana saja; agar mereka yang makan tak tersedak.
Memang, daging yang hanya dicincang masih ada bagian liat - mirip bakso atau otot daging yang jika dikunyah berpotensi 'melejit' di dalam mulut. Bagi orang paruh baya, atau anak-anak, tentu bisa berbahaya. Satu lagi sikap terpuji yang patut ditiru penjual lain.
Isinya full, asli melimpah! |
Buat yang ingin merasakan martabak telor premium juga bisa pesan martabak spesial dengan 7 telor bebek! Tentu saja dengan isi, ketebalan, dan harga ekstra. Bila martabak telor dengan 3 telor bebek harganya Rp 30.000 per loyang, martabak spesial Rp 50.000 'saja'.
Khusus martabak spesial, dibuat dengan cara 'membungkus' lagi martabak biasa yang sudah jadi dengan tambahan isi berupa daging dan potongan daun bawang+bawang bombay. Bukan mencampurkan 7 butir telor bebek sekaligus dalam satu adonan sekali masak.
Martabak Telor plus acar timun + kuah cuka + asinan buah |
Ini dilakukan untuk memastikan telor bebek dan bahan pengisi lainnya benar-benar matang sempurna. Biasanya martabak spesial ini pesanan untuk acara- acara se perti resepsi pernikahan atau hidangan prasmanan. Minat?
Monggo mampir saja ke kedai "Martabak Telor Senayan Tebet Barat" di seberang pasar Tebet Barat, Jalan Tebet Barat. Letaknya persis di posisi 'tusuk sate' dari arah hook pasar.
Dulu memang pernah buka di dalam pasar, tapi sejak kejadian kebakaran pasar, semua pedagang makanan yang menggunakan kompor ditempatkan di basement (namun tak bertahan lama). Jadi sekarang cuma di posisi saat ini. Bila di dekat kedai pembeli bisa menjumpai plank martabak yang sama, bisa dipastikan kualitasnya beda. Mungkin benar kata sebagian orang, "beda tangan, beda rasa..."
<irawan ns>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar